Selasa, 25 November 2008

Ketika Aku Menjadi Guru

Guru maerupakan pahlawan tanpa tanda jasa. Beliau mengabdi pada negeri Engkau pahlawan bangsa. Suara itu terdengar sangat nyaring, sekolah Tunas Bangsa pada hari Senin itu sedang maelaksanakan kewajibannya sebagai bangsa Indonesia. Para murid SMA Tunas Banga dengan rapid an tertib mengikuti upacara bendera terebut.
Aku pun meras berbangga hati bias berdiri di depan para muridku yang menghormatiku dengan suara lantang mereka bernyanyi untukku dan para guru lainnya. Upacara pun berjalan seperti biasanya, sampai upacara seleai tepat pada pukul 08.00. Barisan para murid pun menjadi berantakan, hiruk-pikuk, bahkan ada yang saling bertabrakan karena para siwa sudah tidak tahan menahan teriknya matahari. "Tarra Tunggu aku", suara itu sudah tidak asing lagi d telinga para siswa Tunas Bangsa karena Tarra merupakan iwa tercerdas, tercantik,dan ramah terhadap semua orang. Tanpa menoleh pun Dita udah mengenali teman sebangkunya di kelas 12 IPA. Dita pun berhenti sejenak untuk menunggu Tarra menghampirinya.
Burunng-burung berkicauan menambah indahnya pagi. Tepat pukul 09.00 bel sekolah berbunyi menandakan pergantian pelajaran. Via teman sekelasnya Tarra berorak gembira karena telah usai pembelajaran fisika yang menbuatnya emua siswa kelas 12 IPA pusing tujuh keliling. Tapi dari emua iswa hanya satu sisaw yang tetap tersenyum manis, Tarra dia elalu menghargai emua pelajran menganggapnya enjoy. Tapi keributan tersebut hening seketika sesosok perempuan berparas ayu dengan mengenakan seragam berwarna coklat warna kesukaannya. Beliau terkenal dengan dokter anak SMA dan tidak heran lagi apabila iswa dan iswi erring mencurahkan isi hatinya kepada beliau, tadak lain beliau Guru Biologi. Bu Sarah,"aku mau Tanya ini",kenapa setiap pelajaran fiika kepala aku pusing minta ampun,"teriak salah satu iswa kelas 12 IPA yaitu Bona, semua murid pun erempak menyebutkan pusiiiiiiiiiiii…………ng bu,". Dengan tersenyum Bu Sarah mencoba menjawab,"Wajarlah kalian pusing berarti kalian berpikir pada saat belajar fiika tetapi kalian tidak bias membawakan nya secar have fun."Tapi ini beda bu",teriakkan itu terdengar dari udut kela. Weala beda gimana to",sudah-sudah kita mulai saja dengan bermain Biologi. Perkataan itu terdengar dengan halus di telinga iswa dan siwi. Serentak iswa siswi duduk dengan manis. Saya berdiri di depan kelas dan di depan anak-anak mencoba menberikan ilmu yang telah ku dapatkan sewaktu aku bias menyampaikan amanat dan kewajiban eorang guru. Hatiku senag apabila anak murid ku dapat mengaplikaikan dan mengamalkna ilmuku kepada sesame, itu merupakan kebahagian yang amat teramat bahagia dan tidak dapat di gantikan dengan apapun.
Meskipun ada siswa yang mengalami kesulitan atau tadak peduli terhadap pelajaran apapun khususnya Biologi. Aku selalu mencoba berteman dan berusaha untuk menyadarkannya dan memberi semangat. Tiba-tiba Dita mengejutkanku dengan teriakan "A………… sialan lo Bud", refleks akupun menoleh ke belakang dan menghampiri Dita yang sedang di jahili oleh Budi denag memberikan eekor kecoa kepad tangannya",kenap saying?".Ini bu Budi mainanya sama kecoa akukan jadi jiji mana di lempar-lempar kea rah tanganku". "Budi kamu tidak boleh seperti itu jangan melukai binatang, bu mau Tanya ma budi boleh tidak?’,Tanya bu Sarah kepada Budi, Budi pun denga muka pucat dan tegang nendengarkan pertanyaan yang di lontarkan kepadanya, "kamu tahu gax kalau kecoa bisa hidup eminggu meskipun kepalanya dipotong? Budi pun menjawbnya dengan gelagapan, emang \nya bias bu, sahut Budi denga nada yang tenang."Coba deh kamu potong kepalnya. Refleks siswa siswi pun khususnya Dita berteriak hiosteris ketika Budi di suruh memegang kecoa itu. Akhirnya kepala kecoa itu dipotong oleh Budi. Semua murid pun tertuju pada si kecoa tersebut.
"Mana bu, ko malah mati sih ",teriak Budi siswi yang penasarn denga perkataan Bu Sarah, coba deh Tarra senyuh oleh mu? Uruh Bu Sarah kepada Tarra yang sedari tadi konen nelihat kecoa itu.Trra pun mencoba menyentuh kecoa itu dengan tanga gemetaran akhirnya necoa itu bergerak dengan lincah meskipun kepalanya udah dipotong oleh Budi.Dengan serempak siswa dan siswi berteriak mengucapkan "Oh……… betul yah kata Bu Sarah,itu lah yang selalu Bun arah lakukan apabila anak didiknya melakukan kesalah dengan melontarkan pertanyaan yang bersifat pengetahuan umum sehingga membuat anak dididnya bertambah ilmunya meskipun iotu berupa hukuman atau teguran. Akupun mencoba mengalihkan pembicaran mereka yang terputus dengan kecoa tersebut dan melanjutkan mepada bab pembelajaran yang yang akan di sampaikan.
Dua jam berlalu pembelajaran biologi pun udah berakhir. Akupun tenang dan lega sudeah bsa memberikan ilmuku kepada anak muridku. "Selamat siang,bu"suara Pak Kepala sekolah yang sedang mengontrol keadaan sekolah. Bu Sarah pun menjawab,"Siang pak",Bagaimana kesan ibuy mengajar di hari ini kata Pak Kepala se kolah, dengan beribawanya berjalan menyusuri koridor.Alhamduyllilah pak saya dan anak-anak emakin dekat dan bersahabat. Prpustakaan pun menjadi tenpat perpisahan Pak Kepal dengan Bu Sarah. Bu Sarah menuju perpustakaan dan Pak Kepal pun terus menusuri koridor.
Semua aktifitas para guru dan murid berlangsung eperti biasanya. Tak terasa hari Senin pun sudah terasa di benaku. Aku rindu kepada anak-anak setelah hari Minggu menjadi hari yang tidak dapat bertemua dan meliah keceriaan mereka. Dalam hidupku aku sangat bangga dan senag apabila melihat anak bangsa berhasil dimasa depan dan bias nenggenggam dunia ini. Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru. Namamu akan elalu hidup dalam sanubariku. Sebagai prastasti trima kasihku tuk pengabdianmu. Engkau sbagai pelita dalam kegelapan engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan, suar itu nyaring dan lantang dilantunkan oleh muridku yang bangga dan berterima kasih kepada para guru yang berdiri di samping tiang bendera. Akupun terhanyut oleh syair lagu itu, dan memberiku semangat dalam menyampaikan amanat Negara untuk ku.